Kumpulan peribahasa lengkap part 2 - Hallo sahabat Hanungku, Pada postingan saya kali ini yang berjudul Kumpulan peribahasa lengkap part 2, semua telah saya tulis dibawah untuk kepuasan pembaca blog ini. Mudah-mudahan isi postingan dapat anda pahami dan semoga disukai ya.
karena saking banyaknya Peribahasa makanya saya sajikan dalam beberapa part
berikut peribahasanya
karena saking banyaknya Peribahasa makanya saya sajikan dalam beberapa part
berikut peribahasanya
Babi merasa gulai. Menyimpan rahasia yang telah diketahui umum. |
Bacang dibungkus tentu baunya keluar juga. Kiasan kepada orang yang membuang anaknya sendiri karena takut malu dan sebagainya. |
Badai makan anak Ayah membuang anak karena takut kebesarannya akan hilang . |
Badai pasti berlalu Kesulitan hidup pasti akan berkurang dan akhirnya akan hilang |
Badak makan anak. Bagaimana sekalipun orang berkasih-kasihan, tetapi dengan mudah juga dapat diceraikan, karena orang lebih mengutamakan harta-benda. |
Badan bersaudara; emas perak tiada bersaudara; kasih saudara sama ada, kasih bapa menokok harta yang ada, kasih ibu sama rata; kasih sahabat sama binasa. Walaupun orang-orang lemah itu di bawah kuasa orang kuat, tetapi hatinya bebas lepas. |
Badan boleh dimiliki, hati tiada boleh dimiliki. Sudah sehidup semati. |
Badan sudah dua senyawa. Tidak tetap pendirian; selalu berubah-ubah. |
Bagai air daun talas (= keladi). Berusaha untuk mencari ilmu dengan tidak berhenti-henti; usaha dengan tidak mengenal jerih payah. |
Bagai air itik ke batu. Lemah dan lesu tanpa penyakit. |
Bagai air mencari jenisnya. Memberi nasihat dan ajaran yang sia-sia. |
Bagai anak dara mabuk andam. (andam = anak rambut di dahi). Anak perempuan yang tiada malu, pemalas dan pengotor. |
Bagai anak dara sudah berkaki. Banyak sekali. |
Bagai anak nangui. (nangui = Babi kecil yang banyak anaknya). Berbaring dan bermalas-malas saja di rumah orang lain. |
Bagai anak sepat ketohoran. Kurus sekali. |
Bagai anjing beranak enam. Orang yang sangat benci oleh masyarakat. |
Bagai anjing buruk kepala. Sangat gembira; sangat gembira; sangat sombong. |
Bagai anjing melintang denai. (denai = jejak binatang di hutan). Mendapat kesusahan besar sehingga tak tentu tingkah lakunya, meminta pertolongan ke sana ke mari. |
Bagai anjing tersepit di pagar. Mudah menimbulkan sesuatu hal yang tak baik kalau diperdekatkan. |
Bagai api dengan rabuk. Tidak terus berjalan ke tempat tujuan, tetapi singgah-singgah di jalan. |
Bagai ara hanyut. Satu sama lain bertolong-tolongan. |
Bagai aur bergantung ke tebing, bagai tebing bergantung ke aur. Menyerahkan diri kepada nasib. |
Bagai aur dengan tebing. Tolong-menolong di antara satu sama lain. |
Bagai ayam dibawa ke lampok. (lampok = onggok padi disabit; limpap). Pucat dan kuning karena menghidap penyakit; sangat gelisah kelakuannya. |
Bagai ayam dimakan (= kena) tungau. Mati tanpa sakit. |
Bagai ayam disambar [helang|elang]]. Tidak dapat berbuat apa-apa; bingung. |
Bagai ayam lepas bertaji. Seseorang mendapat kesusahan dan orang lain serba salah untuk menolongnya. |
Bagai ayam mabuk tahi. Pucat lesi dan tidak berdaya sebab sakit dan kurang darah. |
Bagai ayam mengarang telur. (mengarang telur = hampir bertelur). Peri keelokan, merah muka seseorang. |
Bagai ayam naik ke surau. Bertamu ke rumah orang yang tidak memberi jamu apa-apa. |
Bagai ayam si tombong, kokok berderai-derai, ekor bergelumang tahi. (tombong = sombong.) Seseorang yang cakapnya tinggi tetapi keluarganya dalam kemelaratan. |
Bagai ayam yang terkecundang. (kecundang = kalah). Sangat ketakutan. |
Bagai bajak uangkang makan diangkat. Orang yang gemar dipuji. |
Bagai balak terendam. Orang gemuk yang malas bergerak. |
Bagai belacan dikerat dua: yang pergi busuk, yang tinggal hanyir. Perkara yang mendatangkan aib kepada kedua-dua belah pihak. |
Bagai beliung dengan asahan. Tidak pernah berpisah. |
Bagai belut digetir (= diketil) ekor. Cepat sekali. |
Bagai belut diregang. Tinggi dan kurus. |
Bagai berkain tiga hasta. Serba tak cukup (miskin). |
Bagai bersahabat dengan ular bisa. Berkawan dengan orang yang jahat. |
Bagai berseru di padang pasir. Seruan yang tidak diendahkan orang. |
Bagai bersumur di tepi rawa. Orang yang selalu cemburu. |
Bagai bertanak di kuali. Terlalu murah hati sehingga binasa karenanya. |
Bagai bertemu (= makan) buah si malakamo; dimakan mati bapa, tidak dimakan mati ibu. Menghadapi sesuatu masalah yang sangat sulit; dalam keadaan yang serba salah. |
Bagai bertepuk sebelah tangan. Cinta kasih yang tidak berbalas. |
Bagai beruk kena ipuh. (ipuh = racun.) Menggeliang-geliut (karena kesakitan dan sebagainya). |
Bagai berumah di tepi tebing. Selalu dalam kekuwatiran. |
Bagai besi dengan penempa. Orang lemah di bawah kuasa orang kuat. |
Bagai biawak mengulangi bangkai. Lelaki yang suka pergi ke tempat perempuan jahat. |
Bagai buah keras di dalam sekul. (buah keras = kemiri; sekul = mangkuk yang diperbuat daripada tempurung kelapa.) Bercakap dalam keadaan tergopoh-gopoh. |
Bagai bulan empat belas. Kecantikan wajah seseorang wanita. |
Bagai bulan penuh mengambang di kaki awan. Perempuan cantik yang keluar dari rumahnya karena hendak berjalan. |
Bagai buntal kembung. Bodoh dan sombong. |
Bagai bunyi cempedak jatuh. Bunyi jatuh yang kuat. |
Bagai bunyi orang dikoyak harimau. Berteriak-teriak atau melolong dengan kuat. |
Bagai bunyi perempuan di air. (di air = di tempat mandi.) Ramai (= riuh) sekali. |
Bagai bunyi siamang kenyang. Banyak cakapnya dan sebagainya karena mendapat kesenangan. |
Bagai cacing gila. (cacing gila = cacing yang berputar-putar bila disentuh.) Perempuan yang suka berpergian, bertandang dan sebagainya. |
Bagai cacing kena air panas. Tidak tenang, selalu gelisah (karena susah, malu dan sebagainya). |
Bagai cembul dapat tutupnya. Sesuai benar. |
Bagai dakwat dengan kertas. Tak pernah bercerai; sangat cocok. |
Bagai dekan di bawah pangkal buluh. (dekan = ulat yang makan buluh.) Pandai menyembunyikan rahasia. |
Bagai denai gajah lalu. Pekerjaan atau kejadian yang payah benar hendak disembunyikan. |
Bagai dihiris dengan sembilu. Pedih sekali rasa hatinya. |
Bagai diikat dengan sehasta tali. Dalam keadaan yang sangat terbatas. |
Bagai dirahap kain basah. (rahap = bungkus.) Dingin sejuk sekujur badan karena mendengar kabar atau melihat kejadian yang sedih dan ngeri. |
Bagai ditembak putus tunggal. (putus tunggal = petir yang sangat keras bunyinya.) Dialahkan oleh orang yang bodoh. |
Bagai diurap dengan daun katang-katang. (katang-katang = Sejenis tumbuh-tumbuhan di tepi laut, getahnya sangat menggatalkan.) Sangat marah. |
Bagai dulang dengan tudung saji. Sesuai benar. |
Bagai duri dalam daging. Sesuatu hal yang selalu terasa tidak menyenangkan hati. |
Bagai emak mandul baru beranak. Girang yang amat sangat; kasih sayang yang terlalu amat. |
Bagai empedu lekat di hati. Sangat karib (tentang orang bersahabat atau orang berkasih-kasihan). |
Bagai enau di dalam belukar, melepaskan pucuk masing-masing. Tiada semuafakat dalam sesuatu perbincangan. |
Bagai gadis jolong menumbuk. Rajin dan bersungguh-sungguh. |
Bagai gagak menggonggong telur. Perempuan hodoh berpakaian bagus. |
Bagai galah di tengah arus. Menggigil keras; selalu berkeluh-kesah. |
Bagai galah dijual. (galah = tombak atau lembing.) Terlalu miskin; kalah judi. |
Bagai gelegar buluh. (gelegar = bunyi bergemuruh.) Bercakap besar. |
Bagai gelombang dua belas. Kehebatan langkah seseorang pendekar. |
Bagai geluk tinggal di air. (geluk = timba daripada tempurung kelapa.) Orang yang melarat hanya mengharap bantuan orang. |
Bagai gembala diberi keris. Pemberian yang tidak berfaedah. |
Bagai getah dibawa ke semak. Perkara yang semakin kusut dan susah menyelesaikannya. |
Bagai gulai lengkitang. (lengkitang = siput.) Hendak menghilangkan kejahatan dirinya, tetapi kebaikan yang ada padanya pun lenyap pula. |
Bagai hantu makan dedak. Bersungut-sungut dengan tiada tentu sebabnya. |
Bagai harimau beranak muda. Orang perempuan yang terlalu bengis. |
Bagai haruan di dalam tuar. (tuar = lukah.) Tidak tetap keadaannya, karena sakit atau susah. |
Bagai ikan lampam di ulak jamban. Anak-anak yang subur tubuhnya, lekas besar dan tinggi; orang-orang yang mengutip hasil daripada pekerjaan-pekerjaan maksiat. |
Bagai ilak bercerai dengan benang. (ilak = ukuran untuk menentukan lebar kain yang akan ditenun.) Bercerai untuk selama-lamanya. |
Bagai jawi belang puntung: didahulukan dia menyepak, dikemudiankan dia menanduk. (belang puntung = merah kehitam-hitaman; jawi = lembu.) Orang bodoh yang tidak dapat diajak berunding. |
Bagai jawi ditarik keluan. (keluan = tali yang dicucukkan pada hidung (lembu dan kerbau).) Menurut dengan tidak membantah. |
Bagai jawi makan, dimamah dulu baru ditelan. Tiap-tiap perbuatan itu dirundingkan masak-masak sebelum dikerjakan. |
Bagai jawi terkurung siang. Sangat gelisah karena tidak bebas. |
Bagai jelongak kerbau rampung. Orang bodoh yang sombong, tiada sedar dirinya dibodohi orang. |
Bagai jempuk kesiangan hari. Kebingungan; termenung-menung. |
Bagai kacang direbus satu. Melonjak-lonjak kegirangan karena mendapat untung. |
Bagai kacang direndang. Bunyi suara yang tak putus-putus. |
Bagai kain menunjukkan corak bangsanya. Rupa dan gaya seseorang menunjukkan asal usulnya. |
Bagai kambing dalam biduk. Sangat ketakutan. |
Bagai kambing dihalau (= diseret) ke air. Orang yang enggan mengerjakan sesuatu pekerjaan. |
Bagai kambing dijunjung. Jerit pekik orang yang penakut. |
Bagai kambing dimandikan pagi. Orang yang enggan mengerjakan sesuatu pekerjaan. |
Bagai kambing harga dua kupang. Tingkah lakunya seperti anak-anak. |
Bagai kambing lepas ke parak. (parak = ladang, kebun.) Memilih makanan dengan sesuka hati. |
Bagai kambing menanduk bukit; tanduk patah bukit tak runtuh. Pekerjaan yang sia-sia dan mendatangkan kerugian. |
Bagai kapak naik cerana. (cerana = tempat sirih.) Tidak pada tempatnya; kurang cukup alat (= kepandaian) untuk mengerjakan sesuatu. |
Bagai kayu lempung, ditebuk kumbang tembus-menembus. (kayu lempung = kayu ringan dan lunak.) Orang yang lemah, mudah dianiaya oleh orang yang berkuasa. |
Bagai keli kena ketuk. Bersungut-sungut dengan tiada tentu hujung pangkalnya. |
Bagai kelip-kelip terbang malam. Rahasia yang tiada dapat disembunyikan. |
Bagai keluang bebar petang. (bebar = terbang.) Ramai-ramai berkerumun; suka hidup beramai-ramai. |
Bagai kerakap tumbuh di batu (= atas batu). (kerakap = Sejenis sirih tetapi tidak dimakan orang.) Hidup dalam kemelaratan. |
Bagai kerbau runcing tanduk. Orang yang sudah terkenal kejahatannya. |
Bagai kinantan hilang taji. (kinantan = putih belaka (ayam, kuda , dan sebagainya).) Tidak berharga lagi. |
Bagai kuau mengigal (= menyesar). (kuau = sejenis burung; menyesar = menguak.) Kehebatan rupa seseorang. |
Bagai kucing dengan panggang (= balur).(balur = dendang.) Mudah menimbulkan sesuatu hal yang tak baik kalau diperdekatkan. |
Bagai kucing dibawakan lidi. Sangat ketakutan. |
Bagai kucing kehilangan anak. Kehilangan akal; bingung. |
Bagai kucing lepas senja. Sukar dicari; merasa senang. |
Bagai kucing menjemput api. Yang dikehendaki tiada tercapai sedang alat (= syarat) yang digunakan untuk mencapai maksudnya itu pun hilang juga. |
Bagai kucing takut akan balur. Lelaki yang takut kepada perempuan. |
Bagai kucing tidur di bantai. (bantai = daging binatang yang disembelih.) Hidup senang dan mewah. |
Bagai langau mengerumuni bangkai. Orang ramai yang riuh-rendah bunyinya. |
Bagai lebah menghimpun madu. Sangat rajin. |
Bagai lepat dengan daun. Sangat sesuai. |
Bagai limau masam sebelah. Hukuman atau pertimbangan yang kurang adil; berat sebelah. |
Bagai lobak di pemerunan, bagai kacang tengah dua bulan. (pemerunan = tempat membakar sampah.) Anak-anak yang subur tubuhnya, lekas besar dan tinggi. |
Bagai lukah, tak penuh air. Selalu hendak makan saja, tak ada kenyang-kenyangnya. |
Bagai melepaskan batuk di tangga. Membuat sesuatu kerja tetapi tidak sampai selesai. |
Bagai melihat asam. Ingin sekali. |
Bagai melihat ulat. Sangat benci. |
Bagai melompati pagar tiga hasta: akan dilompati rendah, akan dilangkahi tinggi. Sesuatu keadaan yang menyebabkan serba salah. |
Bagai melulur bersitungging. Melakukan sesuatu pekerjaan dengan terpaksa. |
Bagai melulus baju sempit, bagai terbuang kesisipan. (kesisipan = kemasukan duri dalam daging.) Berasa senang karena terlepas daripada kesukaran. |
Bagai melulutkan jebat pada kerbau. (melulutkan = menggosok tubuh dengan pelutut; jebat = Sejenis Kasturi) Pemberian yang tidak sesuai dengan tempatnya. |
Bagai memakai baju pinjaman. Tidak pada tempatnya, sehingga canggung kelihatannya. |
Bagai membelah betung. Pendirian yang berat sebelah. |
Bagai memegang buah kepantangan beruk; ditelan mati emak, diludahkan mati bapa. Menghadapi sesuatu masalah yang sangat sulit; dalam keadaan yang serba salah. |
Bagai menambah gelang bini. Pemberian yang tak kelihatan. |
Bagai menampung air dengan limas pesuk. (limas = takir; pesuk = berlubang.) Tak dapat diberi ajaran atau nasihat. |
Bagai mencari kutu di dalam ijuk. Mengerjakan pekerjaan yang sia-sia. |
Bagai mencencang air. Melakukan pekerjaan yang tidak ada faedahnya. |
Bagai mendapat cincin ijuk. Mendapat barang yang tidak berguna. |
Bagai menelan mestika embun. Mendengar nasihat yang baik. |
Bagai mengail kucing hanyut. Perbuatan yang sia-sia. |
Bagai mengangkut batu di bencah. (bencah = paya.) Menyuruh orang yang enggan melakukan pekerjaan. |
Bagai mengatai tunggak (= tunggul). Memberi nasihat kepada seseorang yang tiada menjawab. |
Bagai mengepal pasir kering. Sangat susah hendak menyatukan orang-orang yang bermacam-macam pikirannya. |
Bagai menggelikan induk ayam. Memberanikan orang penakut. |
Bagai menghela rambut dalam tepung: rambut jangan putus, tepung jangan terserak. Pekerjaan yang sulit yang harus dikerjakan dengan hati-hati sekali. |
Bagai menghitung bulu kambing. Pekerjaan yang sia-sia. |
Bagai menjaga permata intan ketika dicanai. Kasih sayang yang tidak ada taranya. |
Bagai menjenguk jerat sial. Melawat sesuatu tempat tetapi hanya sebentar saja; orang yang gemar berjalan-jalan. |
Bagai menumbuk padi hampa. Perkabaran selalu dilebih-lebihkan daripada keadaan yang sebenarnya. |
Bagai menunjukkan ilmu kepada orang menetek. Melakukan pekerjaan yang tidak ada gunanya. |
Bagai menyandang galas tiga. (galas tiga = tiga bungkus dagangan.) Pekerjaan yang ringan, tetapi sukar melakukannya. |
Bagai menyesah kain dapat. (menyesah = memukul.) Barang pinjaman yang dipakai dengan sekehendak hati saja. |
Bagai menyukat anak ayam, masuk empat keluar lima. Melakukan pekerjaan yang sulit. |
Bagai mestika embun . Mendengar nasihat yang baik. |
Bagai murai dicabut ekor. Perempuan yang suka bercakap banyak. |
Bagai nakhoda kasap: hujung hilang, pangkal lesap. Mengeluarkan belanja dengan tidak tentu dalam sesuatu pekerjaan. |
Bagai padi, hendakkan dedak; bagi laki (= suami), hendakkan gendak. Orang yang suka menolak sesuatu pemberian yang baik, dan gemar berbuat pekerjaan buruk. |
Bagai pahat, tidak ditukul tidak makan. Bekerja hanya kalau diperintah. |
Bagai panas mengandung hujan. Tertawa dalam kesusahan. |
Bagai pancang digoncang arus. Pendirian yang tidak tetap. |
Bagai parang buruk, tali sabut tiada tergolok. Tidak berkuasa melakukan pekerjaan karena terlalu lemah. |
Bagai pelita kehabisan minyak. Tidak berseri-seri lagi. |
Bagai perempuan bunting bertemu idamannya. Gembira karena mendapat barang kesukaannya. |
Bagai perempuan membawa perut. Orang yang buncit perutnya. |
Bagai perian pecah. (perian = tabung bambu untuk membawa air.) Suara yang tidak merdu. |
Bagai pintu tak berpasak, perahu tak berkemudi. Sesuatu yang membahayakan. |
Bagai pucuk (enau) dilancarkan (= diluncurkan). Amat cepat. |
Bagai pucuk pisang didiang. Lemah sekali; tiada berdaya. |
Bagai punggur rebah. (punggur = tunggul.) Jatuhnya orang yang gemuk. |
Bagai puyu di air jernih. Senang hidupnya. |
Bagai puyuh laga. Percakapan yang tak pernah habis. |
Bagai rasa batang pisang. Tubuh seseorang yang terlalu dingin. |
Bagai rupa tungkahan. (tungkahan = kayu landasan di dapur.) Sangat buruk. |
Bagai sambau di pintu kandang. Keadaan yang tidak tetap (sakit atau hidup melarat). |
Bagai semut penghimpun melukut. Orang yang rajin bekerja. |
Bagai sepatung mandi. Sebentar amat. |
Bagai serangkak tertimbakan. (serangkak (sirangkak) = ketam kecil.) Berjalan miring. |
Bagai si buta pergi bergajah. (bergajah = menangkap gajah.) Pekerjaan yang sia-sia. |
Bagai si kudung beroleh cincin. Beroleh keuntungan tetapi tidak dapat merasainya. |
Bagai si kudung pergi berbelut. (berbelut = menangkap belut.) Pekerjaan yang sia-sia. |
Bagai si lumpuh hendak merantau. Ingin melakukan pekerjaan yang mustahil. |
Bagai si pekak tertanya-tanya. Sangat ingin mendengar kabar. |
Bagai siamang kurang kayu. Sangat susah hati karena kekurangan barang-barang keperluan. |
Bagai tabut keling: di luar berkilat di dalam berongga. Baik di luar tetapi jahat hatinya. |
Bagai tagar di Pulau Sembilan. (tagar = guruh, guntur.) Cakap terlalu tinggi dan sombong. |
Bagai tanah pelempar balam; kalau mujur tiba di balam, kalau tidak surut ke tanah. Usaha yang tidak bersungguh-sungguh. |
Bagai tanduk bersendi gading. Tidak sepadan. |
Bagai tanduk diberkas. Sangat susah hendak menyatukan orang-orang yang bermacam-macam pikirannya. |
Bagai tekukur mengikut kata. Anak angkat yang boleh diperlakukan sesuka hati oleh ibu atau bapa angkatnya. |
Bagai tembilang bagai penggali; begitu yang hilang begitu pengganti. (tembilang = alat penggali lubang.) Yang diganti sama dengan yang hilang. |
Bagai terung terantuk ke dinding. Datang berkunjung sebentar saja. |
Bagai tikus membaiki labu. Hendak membetulkan barang yang tiada diketahui. |
Bagai timun dendang: di luar merah di dalam pahit. Mulut manis hati busuk. |
Bagai tokak lekat di kening. Malu yang tak dapat disembunyikan. |
Bagai tulisan di atas air. Memberi nasihat dan ajaran yang sia-sia. |
Bagai tuman makan anak. Berbuat pekerjaan cabul (terutama pada orang yang seharusnya mesti diperlindungi). tuman = Sejenis ikan sungai. |
Bagai tunggul dihias. Rupa yang buruk. |
Bagai tuntung jarum dilaga. (tuntung = hujung yang runcing.) Sesuatu yang tidak tetap (lekas berubah, rosak dan sebagainya). |
Bagai tupai bergelut. Kehebatan rupa seseorang. |
Bagai udang bertahi di kepala. Orang yang sentiasa berhutang. |
Bagai ular dengan legundi (= lenggundi di mana legundi = sejenis tumbuhan.). Sangat terpikat kepada kekasih. |
Bagai umang-umang. Orang yang suka berpakaian bagus tetapi bukan miliknya sendiri. umang-umang = ketam di laut. |
Bagai wau putus teraju. Tinggal berserah kepada nasib saja, daya upaya sudah tiada lagi. |
Bagai [kera]] diberi kaca. Mendapat sesuatu yang tak dapat dipergunakan. |
Bagaimana acuan begitulah kuihnya; bagaimana contoh begitulah gubahannya. Anak menurut baka bapanya; sesuatu itu menurut asalnya. |
Bagaimana bunyi gendang, begitulah tarinya. Bagaimana perintah, begitulah yang diturut; bagaimana aksi begitulah reaksinya. |
Bagaimana ditanam, begitulah dituai. Berbuat jahat dibalas jahat; berbuat baik dibalas baik. |
Bagaimana hari takkan hujan, katak betung dalam telaga berteriak selalu. Selalu pergi bertamu ke rumah orang dengan tiada tentu saat ketikanya, tentulah perbuatan itu mendatangkan syak wasangka pada orang banyak. |
Bagaimana kumbang putus tali. Amat cepat; terlepas daripada sengsara. |
Bagaimana menanti arah hanyut. Mengharap sesuatu yang belum tentu. |
Bagaimana pohon tiada akan tumbang dipanah halilintar, baluhan kulit ada di batangnya. (baluhan = batang yang sudah berlubang seperti gendang.) Orang yang bersahabat dengan orang jahat akhirnya akan ikut terlibat juga dalam kejahatannya. |
Bagaimana rupa begitulah bayangnya. Anak menurut baka bapanya; sesuatu itu menurut asalnya. |
Bagaimana tepuk begitulah tarinya. Bagaimana perintah, begitulah yang diturut; bagaimana aksi begitulah reaksinya. |
Bagaimana tidak kumbang jinak terbang beredar, jika tidak karena bunga kembang di taman. Bagaimana pemuda-pemuda tidak berulang-alik di dekat rumah, jika tidak karena perawan cantik ada di situ. |
Bagaimana tidak menggigit telunjuk, melihat air hujan turun keruh. Hairan melihat orang yang berketurunan baik-baik berkelakuan tidak senonoh. |
Bahasa dan bangsa itu tidak dijual beli. Baik buruk adat kelakuan orang menunjukkan tinggi rendah keturunannya (asal usulnya). |
Bahaya tumbuh, sengketa habis. Perselisihan sesama sendiri hilang apabila berlaku sesuatu malapetaka. |
Bahu memikul, hati menyokong. Dengan sukarela, tidak dengan dipaksa. |
Baik berjagung-jagung, sementara padi belum masak. Sementara belum ada yang lebih baik, maka yang kurang baik pun baiklah dipakai dulu. |
Baik membawa resmi ayam betina, supaya tidak ada bencana. (resmi = sifat.) Lebih baik merendahkan diri, supaya selamat dalam hidup. |
Baik membawa resmi padi, daripada membawa resmi lalang. Tidak sombong; rendah diri. |
bajak patah, banteng terambau. (banteng = lembu; terambau = masuk jurang.) Kemalangan yang datangnya silih berganti. |
bajak selalu di tanah yang lembut. Orang yang lemah selalu menderita. |
bajak sudah terdorong ke bencah. Sudah tak dapat ditarik kembali. |
Baji dahan membelah dahan. Orang yang berbuat baik kepada kita dengan harta kita sendiri. |
Bak anjing tersepit. Ketika menderita merendah diri meminta tolong, terlepas daripada kesusahan, meninggikan diri kembali. |
Bak cetus api. Sangat cepat. |
Bak jung berat sebelah. (jung = sejenis kapal.) Hukuman atau pertimbangan yang kurang adil; berat sebelah. |
Bak mandi di air kiambang, pelak lepas gatal pun datang. Benda yang diperoleh, meskipun berguna, tetapi kemudian mendatangkan kesusahan. (pelak = panas, gerah.) |
Bak manik putus tali (= pengarang). Air mata yang bercucuran. |
Bak membelah kepayang muda: dimakan mabuk, dicampak sayang. Menghadapi sesuatu masalah yang sangat sulit; dalam keadaan yang seba salah. |
Bak menanti orang dulu, bak melalah orang kudian. (melalah = mengejar.) Melakukan sesuatu yang sia-sia. |
Bak orang gombang di lebuh. (gombang = elok; lebuh = jalan raya.) Congkak di tengah jalan tetapi rumah tangganya tidak sempurna. |
Bak pinang dianduh, putus tali dia berdiri. (dianduh = ditarik dengan tali.) Melakukan sesuatu pekerjaan karena dipaksa. |
Bak ras kuda pula kukuran. Orang miskin melakukan dirinya seperti orang kaya. |
Bak rasa di liang lahad. (lahad = lubang kubur.) Dalam kesempitan. |
Bak rasa ubi pula gadung. (gadung = ubi hutan) Orang miskin melakukan dirinya seperti orang kaya. |
Bak tengguli ditukar cuka Pertukaran yang amat bertentangan. |